Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono Menyampaikan keprihatinannya
"Selama satu abad terakhir, kita kerap menyaksikan negara-negara kuat jatuh. Hal ini terjadi karena pemimpinnya menempatkan diri di atas pranata hukum, sistem yang adil, dan mengabaikan kesetiaan sejati terhadap negara serta rakyatnya," ujar SBY.
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu menyoroti sejarah Prancis menjelang Revolusi 1789 sebagai contoh nyata. Ia menyebut gaya kepemimpinan raja-raja Prancis seperti Louis XIV dan Louis XVI sebagai bentuk kekuasaan absolut yang menempatkan diri sebagai hukum itu sendiri.
"Penguasa seperti itu menyatakan, 'negara adalah saya, hukum adalah saya, konstitusi adalah saya, keadilan adalah saya, suara rakyat adalah saya'. Bahkan, jangan-jangan mereka mengatakan, 'Tuhan adalah saya'. Sejarah telah melakukan koreksi terhadap pola-pola kekuasaan seperti itu," tegasnya.
Lebih jauh, SBY memaparkan bahwa runtuhnya sebuah peradaban tidak semata-mata karena serangan dari luar, melainkan akibat kegagalan internal untuk belajar dan beradaptasi. Ia mengutip lima faktor utama yang kerap menjadi penyebab keruntuhan peradaban: kerusakan lingkungan, perubahan iklim, konflik pertahanan, berkurangnya hubungan dagang, dan kegagalan dalam mengelola sistem perdagangan internasional.
"Hati-hati dalam mengelola perdagangan internasional, karena krisis bisa datang dari dalam jika kita tidak siap. Yang lebih penting lagi, banyak peradaban runtuh bukan karena tantangan eksternal, tetapi karena kegagalan untuk belajar dan beradaptasi," pungkasnya.
Acara tersebut digelar oleh Institut Peradaban dan turut dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional seperti Ketua Pembina Jimly Asshiddiqie, Ketua Yayasan Dipo Alam, serta dimoderatori oleh mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal. Chairman CT Corp Chairul Tanjung juga hadir dalam forum penting tersebut.
@Iyus
Posting Komentar