Gus Ipul Haru Dengarkan Curhat Guru Sekolah Rakyat: “Ini Bukan Tentang Angka, Tapi Tentang Hati”

Table of Contents

foto dok kemensos
JAKARTA, Monitor Pos — Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), tak kuasa menahan air mata saat mendengar kisah pengabdian seorang guru muda di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 34, Jumat (1/8/2025). Di hadapannya, guru Teknik Informatika bernama Alija Muhammad Pranawa bercerita lirih tentang keputusannya meninggalkan keluarga demi mengabdi untuk pendidikan anak-anak kurang mampu.

“Saya tahu ini bukan sekolah biasa, Pak. Saya terharu. Saya bertahan demi mereka, demi anak-anak ini. Saya bertekad untuk menemani para siswa ini menjemput masa depan mereka,” ujar Alija dengan suara bergetar.

Kisah Alija yang penuh ketulusan membuat suasana menjadi sunyi. Gus Ipul, yang hadir dalam kunjungan kerja ke SRMA 34, terlihat terdiam. Tangannya gemetar saat menggenggam mikrofon, dan matanya berkaca-kaca. Dengan suara yang bergetar, ia menyampaikan apresiasi yang mendalam.

“Kami semua ini sedang berjuang supaya guru-guru dapat haknya. Terima kasih, atas keteguhan hati untuk ikut mengantar anak-anak menuju harapan mereka,” ucap Gus Ipul penuh haru.

Menurutnya, Sekolah Rakyat bukanlah program pendidikan biasa, melainkan amanat besar dari Presiden RI Prabowo Subianto untuk menghadirkan keadilan sosial melalui pendidikan. Anak-anak yang bersekolah di SRMA berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrem, yang selama ini nyaris kehilangan harapan akan masa depan.

“Bagi mereka, inilah satu-satunya jalan untuk mengubah hidup. Para guru di sini bukan hanya mengajar mata pelajaran, tetapi mereka juga mengajarkan harapan. Mereka menjadi orang tua kedua, menjadi sahabat, bahkan menjadi harapan terakhir bagi anak-anak,” ujar Gus Ipul.

Ia menambahkan, pengabdian para guru di Sekolah Rakyat adalah simbol perjuangan sejati: mereka yang tidak lari meski ditempatkan jauh, tidak menyerah meski gaji belum sepadan, dan tetap bertahan karena menyadari pentingnya peran mereka dalam hidup anak-anak didik.

“ Satu hal menjadi terang: Sekolah Rakyat bukan tentang angka. Ini tentang hati. Tentang mereka yang memilih tetap tinggal demi mimpi anak-anak yang terlalu lama ditinggalkan,” pungkasnya.

Kisah Alija dan ribuan guru lainnya yang mengabdi di Sekolah Rakyat menjadi pengingat bahwa pendidikan yang bermakna tidak hanya soal fasilitas, tetapi juga soal ketulusan, keberanian, dan keyakinan bahwa setiap anak Indonesia layak mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Mutiara NA 

Posting Komentar